Breaking News

Kuba Mendidik Dunia: Mencetak Dokter untuk Rakyat, Bukan Pasar

 



Oleh: kharizal afriandi


Bab 1: Di Mana Empati Menjadi Kurikulum

Di sebuah negara kecil di Karibia yang selama puluhan tahun hidup di bawah embargo ekonomi, tumbuhlah sistem pendidikan kedokteran yang justru menjadi panutan global. Kuba, negeri revolusioner yang sempat dikucilkan dunia, memutuskan bahwa seorang dokter tidak boleh hanya menjadi penyembuh—tetapi juga pembebas.

Inilah akar filosofi dari Escuela Latinoamericana de Medicina (ELAM), sekolah kedokteran internasional yang didirikan oleh pemerintah Kuba pada tahun 1999. ELAM tidak hanya mendidik ribuan mahasiswa dari negara-negara berkembang, tapi juga menanamkan pandangan bahwa pelayanan primer adalah titik awal keadilan sosial.

“We need a different kind of doctor—one who serves where the need is greatest,”
ujar salah satu pengelola program ELAM seperti dikutip oleh WHO.


Bab 2: Bukan Dokter untuk Elit, Tapi untuk Desa

ELAM bukanlah kampus dengan teknologi termutakhir, tapi ia menjadi tempat bertumbuhnya ide-ide besar. Mahasiswa—yang sebagian berasal dari komunitas miskin, daerah konflik, atau negara-negara Afrika dan Asia—mendapat pendidikan gratis, termasuk tempat tinggal dan makanan. Namun, ada syarat yang lebih berat dari semua itu: mereka harus kembali ke tempat asal dan melayani rakyat yang paling membutuhkan.

Menurut laman resmi Wikipedia:

“Students at ELAM must commit to practicing medicine in underserved communities in their home countries after graduation.”

Bagi Kuba, membangun rumah sakit besar tidaklah cukup. Yang mereka lakukan adalah membangun dokter-dokter kecil untuk dunia. Kurikulum mereka fokus pada sistem pelayanan primer, pendekatan preventif, serta magang berbasis komunitas. Para mahasiswa tidak belajar hanya dari ruang kuliah—mereka tinggal bersama masyarakat yang mereka layani.


Bab 3: Kuba–Afrika Selatan: Solidaritas dalam Bentuk Nyata

Salah satu kolaborasi pendidikan kedokteran paling ambisius dalam sejarah modern adalah program Kuba–Afrika Selatan. Sejak 1997, lebih dari 3.000 mahasiswa asal Afrika Selatan dikirim ke Kuba untuk belajar kedokteran. Dalam artikel jurnal ilmiah Global Health Action (2020), program ini disebut sebagai:

“...a human-resource development intervention that has made a tangible contribution to health workforce shortages in rural areas of South Africa.”
J. Padarath et al., 2020

Para mahasiswa ini tidak sekadar belajar mengobati penyakit. Mereka belajar tentang kehadiran manusia. Mereka diajarkan untuk duduk mendengarkan pasiennya, berjalan kaki ke rumah-rumah penduduk, dan menyelami akar sosial dari sakit itu sendiri.

Masih dari laporan yang sama, disebutkan:

“The Cuban model emphasized comprehensive primary health care and strong community orientation...”
“...with graduates more likely to choose careers in public health and serve in underserved areas.”

Ini bukan hanya model pelatihan medis. Ini adalah bentuk ekspor nilai solidaritas dalam wujud konkret: dokter.


Bab 4: Dokter sebagai Pekerja Sosial

Model pendidikan medis di Kuba berangkat dari kesadaran bahwa kesehatan bukan barang mewah. Di negara yang kekurangan sumber daya, pendidikan medis diarahkan bukan untuk mencetak elit profesional, tapi pemimpin masyarakat. Karena itu pula, dokter Kuba tersebar di lebih dari 60 negara, dari Venezuela hingga Mozambik, dari Honduras hingga Timor-Leste.

Dan seperti dijelaskan dalam artikel ilmiah tadi:

“Graduates of the Cuban programme are considered community-embedded, socialized into a public health orientation...”
Global Health Action, 2020

Mereka adalah dokter yang tahu cara menjahit luka dan mendengar ratapan. Mereka adalah penghubung antara negara dan rakyat yang tidak terlihat.


Bab 5: Dunia yang Terguncang, dan Contoh dari Kuba

Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, brigade medis Kuba kembali hadir di garis depan. Italia, salah satu negara kaya yang terpuruk, bahkan menyambut tim dokter Kuba sebagai penyelamat. Mereka adalah alumni sistem yang sama: sistem yang percaya bahwa “dokter bukan profesi—tapi komitmen.”

Program Kuba–Afrika Selatan telah menginspirasi negara lain untuk memikirkan ulang sistem pendidikan medis mereka. Namun, banyak tantangan yang masih tersisa. Di Afrika Selatan, para lulusan Kuba sempat kesulitan diakui, karena sistem di negara mereka masih mengutamakan spesialisasi dan praktik rumah sakit ketimbang pengabdian komunitas.

Namun dalam evaluasi resmi pemerintah, seperti ditulis:

“Despite challenges, graduates from the Cuban programme filled critical gaps in rural health care, especially in provinces like Limpopo and Eastern Cape.”
J. Padarath et al., 2020


Penutup: Dokter yang Bukan untuk Diri Sendiri

Pendidikan kedokteran di Kuba menunjukkan bahwa dunia bisa dibangun bukan hanya lewat mesin dan modal, tetapi juga lewat empati dan komitmen. ELAM dan kolaborasi Kuba dengan Afrika Selatan adalah bukti bahwa sistem pendidikan bisa menjadi instrumen kemanusiaan.

Di saat banyak negara gagal mendistribusikan kesehatan secara merata, Kuba—negara kecil yang dilanda embargo selama puluhan tahun—justru menunjukkan jalan lain. Jalan yang penuh semangat, disiplin, dan tekad bahwa seorang dokter adalah anak dari kemanusiaan itu sendiri.


📚 Referensi Ilmiah:

  1. Padarath, A., Loveday, M., & Blaauw, D. (2020). Medical training for universal health coverage: a case study of the Cuban–South African cooperation programme. Global Health Action, 13(1), 1726721. PMC7026964

  2. Latin American School of Medicine (Cuba)Wikipedia

  3. https://instituciones.sld.cu/elam/



#Kuba #KedokteranGlobal #PendidikanMedis #ELAM #SolidaritasInternasional #KesehatanUntukSemua #GlobalHealth #NusantaraCerdas

Tidak ada komentar